Lebaran, atau Hari Raya Idul Fitri, tidak hanya menjadi momen perayaan kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan, tetapi juga menjadi waktu yang tepat untuk mempererat hubungan keluarga dan sosial. Salah satu tradisi yang sangat penting dalam momen Lebaran adalah saling berkunjung antar keluarga terutama keluarga terdekat , kerabat, dan teman.
Keluarga terdekat yang masih mempunyai hubungan Nasab (kekerabatan ) dengan kita menjadi urutan utama untuk dikunjungi setelah Orang dengan orang terdekat disekitar lingkungan hidup Kita ( tetangga ) . Abdurrahman ibnu ‘Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR. Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturahmi, niscaya umurnya akan diperpanjang, dan hartanya akan diperbanyak, serta keluarganya akan mencintainya.” [HR. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, Hasan]
Makna ‘ar-rahim’ adalah para kerabat dekat. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : “Ar-rahim secara umum adalah dimaksudkan untuk para kerabat dekat. Antar mereka terdapat garis nasab (keturunan), baik berhak mewarisi atau tidak, dan sebagai mahram atau tidak”. Menurut pendapat lain, mereka adalah maharim (para kerabat dekat yang haram dinikahi) saja.
Pendapat pertama lebih kuat, sebab menurut batasan yang kedua, anak-anak paman dan anak-anak bibi bukan kerabat dekat karena tidak termasuk yang haram dinikahi, padahal tidak demikian ( Fathul Bari, 10/414 )
Memang terjadi salah kaprah mengenai istilah silaturahmi di tengah-tengah kita, sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadis-hadis di atas. Yang tepat, menjalin tali silaturahmi adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada orang tua, saudara atau kerabat. Jadi " bukanlah "istilah umum untuk mengunjungi orang saleh, teman atau tetangga. Sehingga yang dimaksud silaturahmi akan memerpanjang umur adalah untuk maksud berkunjung kepada orang tua dan kerabat yang mempunyai Hubungan Nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahram ataukah tidak.”
Kampung Bureng , Jagir Wonokromo , Wonocolo (margorejo ) dan Ndrosmo (Sidoresmo ndalem ) yang masih mempunyai pertalian Nasab satu dengan lainnya , suasa Idul Fitri yang cukup ramai dengan saling mengunjungi antara Saudara dan kawan-kawan yang saling mengunjungi Satu Rumah ke Rumah Lainnya untuk saling bermaaf-maafan juga bisa dilihat di kampung Bureng , jagir , Margorejo dan Nderosmo tersebut
Di Kampung yang Sebagaian Besar Masih satu Keturunan , yang dari Riwayat yang ada, ada 2 (Dua) Temurun dari Putra Sayyid Ali Akbar bin Sayyid Sulaiman Basyaiban, yang Sebagaian besar Merupakan Dzurriyah di Bureng yaitu :
- Dari Sayyid Badruddin ( Kyai Badar ) Bin Sayyid Ali Akbar Basyaiban yang makamnya ada Tembaan Sby . Dengan Temurun dari " Kyai Qoshim "
- Dari Sayyid Ali Asyghor Bin Sayyid Ali Akbar Basyaiban Nderosmo, dengan Temurun dari Putra Sayyid Ali Asyghor yang ke dua bernama "Kyai Tamim"
Kampung yang kini hanya sebagaian kecil Generasi sepuh yang masih ada , yang masih merupakan Generasi ke 4 atau ke 5 dari Temurun Nyai Mas Mu'minah , Nyai Mas Mu'miroh dan Nyai Mas Muti'ah antara lain :
1. Nyai Masudah
Bersilaturrahim ke rumah Beliau yang saat ini merupakan sesepuh dari keluarga besar Bureng yang dari usia Beliau dan dari Nasab nya , Beliau yang merupakan Istri dari Kyai Muh Sholeh Ahmad bin Ahmad Marzuki
2. Nyai Hj. Mas Nilil Muna Najach binti Idris Zainuddin
Putri ke-tiga dari Nyai Syifa' binti Kyai Ahmad Marzuki & Kyai Idris bin Zainuddin , memberikan banyak cerita terkait bureng dan keturunannya saat berkunjung Silaturrahim ke rumah Beliau , Beliau yang merupakan sesepuh Bureng saat ini juga menceritakan ke"Tangguhan " Beliau dalam mendidik dan membesarkan Putra/putrinya yang kini sudah pada berkeluarga dan sebagaian besar bertempat tinggal disekitar Bureng
Baca Juga
3. Ust. Drs. Munir Zahar bin Kyai Sulaiman
Di Rumah yang berada tepat didepan Mimbar Masjid At-Taqwa Bureng , tersebut kerap menjadi tempat pada berkumpulnya sanak saudara yang akan berlama-lama duduk dan mendengarkan Cerita-cerita Beliau , pun pula pada Lebaran tahun ini yang ada berkumpul Pengurus Masjid At-Taqwa Bureng ,
Beliau yang merupakan cucu/putu dari seorang yang kerap menelusuri Nasab-Nasab dari keluarga Bureng tersebut yang sepeninggal Beliau diketemukan tulisan silsilah yang kini dijadikan Rujukan Awal untuk mengembangkan Silsilah Keturunan Keluarga Bureng yaitu Kyai Mannan bin Mustofa
4. Ust. Muh Zaini bin Mahmud dan lainnya
Beliau yang saat ini diberi amanah menjadi Modin di Lingkungan Karangrejo tersebut merupakan Putra ke-Enam dari Kyai Mahmud bin Ahmad Marzuki & Nyai Sa'udah binti Muchammad , di Rumah yang menjadi warisan dari Kyai Mahmud Ahmad tersebut terasa sejuk dengan ademnya suasana Rumah yang banyak diisi oleh kajian-kajian saat masih ada kyai Mahmud .
Saling berkunjung di Lebaran memiliki makna yang sangat dalam, baik secara spiritual maupun sosial. Berikut adalah beberapa alasan mengapa tradisi ini menjadi begitu penting
1. Mempererat Tali Silaturahmi
Dalam ajaran agama Islam, mempererat tali silaturahmi atau hubungan kekeluargaan dan persaudaraan merupakan suatu kewajiban. Saling berkunjung di Lebaran adalah salah satu bentuk nyata dari menjaga dan mempererat silaturahmi tersebut. Dengan saling mengunjungi, keluarga, kerabat, dan teman dapat saling berbagi kabar, mempererat ikatan, dan menciptakan keharmonisan.
2. Berbagi Kebahagiaan
Lebaran adalah momen yang penuh dengan kebahagiaan. Dengan saling berkunjung, kita dapat berbagi kebahagiaan tersebut dengan orang-orang terdekat. Kita dapat saling bertukar cerita, saling mendoakan, dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Hal ini dapat meningkatkan rasa syukur dan kebersamaan.
3. Memperkuat Solidaritas
Tradisi saling berkunjung di Lebaran juga dapat memperkuat solidaritas antar anggota masyarakat. Dengan mengunjungi tetangga, teman, atau kerabat yang kurang mampu, kita dapat menunjukkan kepedulian dan rasa empati. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya saling tolong-menolong dan berbagi.
4. Menjaga Tradisi Budaya
Saling berkunjung di Lebaran merupakan salah satu tradisi budaya yang telah lama diwariskan secara turun-temurun. Dengan melestarikan tradisi ini, kita dapat menjaga warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur, seperti kebersamaan, kerukunan, dan saling menghargai.
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti